A. Kelompok Sosial
1. Konsep Dasar Kelompok Sosial
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri untuk hidup bersama dengan manusia yang lain (gregariousness). Ia juga memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya. Kedua hal itulah yang melatarbelakangi manusia membentuk kelompok-kelompok sosial atau social group.
Menurut Roland L. Warren, kelompok sosial adalah sejumlah manusia yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya secara keseluruhan. Sedangkan Mayor Polak berpendapat, kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan dalam sebuah struktur. Syarat atau ciri kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto, yaitu:
a. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Adanya hubungan timbal-balik antaranggota dalam kelompok itu.
c. Adanya faktor pengikat yang dimiliki bersama, seperti kepentingan, tujuan, atau ideologi politik yang sama.
d. Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama.
e. Bersistem dan berproses.
a) Kelompok sosial berdasarkan solidaritas mekanik, yaitu kelompok yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif yang berada di luar anggota dan bersifat memaksa.
b) Kelompok sosial berdasarkan solidaritas organik, yaitu bentuk solidaritas yang sudah mengenal pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat sehingga unsur- unsur di dalam masyarakat saling bergantung. Ikatan yang menyatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif, tetapi kesepakatan-kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi.
b. Tipe Kelompok menurut Ferdinand Tonnies
a) Gemeinschaft, merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif. Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir, seperti ikatan perkawinan, agama, bahasa, adat, dan rumah tangga. Individu tetap bersatu meskipun tinggal secara terpisah.
b) Gesselschaft, merupakan kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang secara kebetulan hadir bersama tapi masing-masing tetap mandiri, misalnya serikat kerja atau ikatan mahasiswa. Kelompok ini bersifat sementara dan semu. Individu pada dasarnya terpisah meskipun ada faktor pemersatu.
c. Tipe Kelompok menurut C.H. Cooley dan Ellsworth Farris
a) Kelompok primer (primary group), yaitu kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antar anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain waktu kecil, rukun tetangga, dan komunitas orang dewasa. Teori ini diusung oleh C.H. Coole
b)Kelompoksekunder (secondarygroup), yaitu kelompok yang hubungan antar anggotanya akrab, biasanya bersifat formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. Misalnya koperasi atau partai politik Teori ini merupakan kritik dari Farris terhadap Cooley yang hanya menjelaskan kelompok primer.
d. Tipe Kelompok menurut W.G. Sumner
a) In-group, yaitu kelompok yang didasarkan pada sikap atau perasaan seseorang yang merasa menjadi bagian suatu kelompok tertentu. In-group biasanya berhubungan dengan istilah kita atau kami.
b) Out-group, yaitu kelompok yang didasarkan pada perasaan seseorang yang merasa tidak menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu, biasanya berhubungan dengan istilah mereka.
e. Tipe atau Klasifikasi Kelompok menurut Soerjono Soekanto
a) Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota. Bentuk terkecil dari kelompok sosial terdiri atas satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakan monad, kemudian berkembang kedua atau tiga orang, yaitu dyad dan triad. Kemudian berkembang lagi ke hubungan yang masih saling mengenal (face to face groupings) seperti keluarga, rukun tetangga, dan desa.
b) Berdasarkan pada kepentingan dan wilayah, yaitu kelompok yang disatukan oleh suatu kepentingan atau kesamaan wilayah
c) Berdasarkan derajat organisasi, yaitu ada kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali seperti negara dan ada kelompok yang tidak terorganisasi seperti kerumunan.
d) Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama, yaitu ada in-group dan out-group.
e) Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan, yaitu ada kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer sering disamakan dengan paguyuban, yaitu bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, alamiah, dan kekal. Sedangkan kelompok sekunder disamakan dengan patembayan, yaitu bentuk kehidupan bersama di mana antar anggotanya terdapat ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Dalam hubungan antarkelompok terdapat beberapa dimensi hubungan, yaitu:
a. Dimensi sejarah, yaitu hubungan kelompok yang diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Hal ini terkait dengan timbulnya stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia.
b. Dimensi sikap, ditandai dengan munculnya prasangka dan stereotip. Prasangka (prejudice) merupakan sikap tertentu yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut.
c. Dimensi institusi, bisa berupa institusi ekonomi atau politik biasanya sebatas hubungan administratif. Institusi ini dapat memperkuat pengendalian, sikap, dan hubungan antar kelompok.
d. Dimensi gerakan sosial, yakni hubungan antarkelompok sering mengakibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai pihak yang menginginkan perubahan maupun yang menginginkan keadaan yang ada.
4 4. Hubungan Antarkelompok
Pola hubungan antarkelompok menurut Banton.
a. Akulturasi, yaitu ketika kebudayaan dua kelompok atau lebih yang bertemu mulai berbaur dan berpadu.
b. Dominasi, yaitu ketika salah satu kelompok menguasai (mendominasi) kelompok lainnya.
c. Paternalisme, yaitu suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi.
d. Integrasi, yaitu suatu pola hubungan yang mengakui perbedaan ras dalam masyarakat, namun tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras tersebut.
e. Pluralisme, yaitu suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata masyarakat.
B. Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultur
1. Konsep Dasar Masyarakat Multikultural
Secara sederhana, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Istilah masyarakat multikultural sering disamakan dengan masyarakat majemuk, walaupun pada prinsipnya berbeda. Istilah masyarakat majemuk diperkenalkan oleh J.S. Furnivall yang menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda karena masyarakat Indonesia memiliki ciri adanya perbedaan suku bangsa, agama, adat, dan kedaerahan. Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam suatu kesatuan politik.
Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga bermakna kesederajatan antar perbedaan yang ada. Maksudnya, tidak ada sistem norma atau budaya yang lebih tinggi dari pada sistem atau budaya lainnya
2. Ciri-ciri Masyarakat Majemuk
a. Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok atau terdiri dari bermacam suku yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda-beda.
b. Kurang mengembangkan konsensus.
c. Sering mengalami konflik vertikal dan horizontal.
d. Integrasi sosial atas paksaan.
e. Dominasi suatu kelompok atas kelompok lain. Istilah lain kemajemukan masyarakat adalah diferensiasi sosial.
f. Bersifat heterogen.
g. Hubungan sosial individu.
3. Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk
a. Kompetisi seimbang
b. Mayoritas dominan
c. Minoritas dominan
d. Fragment
4. Faktor Penyebab Kemajemukan
a. Letak dan keadaan geografi Indonesia.
b. Keanekaragaman cara hidup masyarakat karena perbedaan curah hujan dan perbedaan ke- suburan tanah, timbul perbedaan pertanian.
c. Adanya berbagai suku bangsa, etnis, ras, dan agama yang hidup dalam suatu masyarakat.
d. Adanya masyarakat dalam negara yang terdiri atas pulau-pulau.
5. Primordialisme dalam Masyarakat Majemuk
Primordialisme merupakan keterkaitan seseorang dalam kelompok atas dasar ikatan kekerabatan, suku bangsa, asal daerah, bahasa, dan adat istiadat sehingga melahirkan pola perilaku serta cita-cita yang sama (Ramlan S.) atau dapat diartikan juga dengan loyalitas yang berlebihan terhadap budaya subnasional seperti suku bangsa, ras, agama, dan kedaerahan (Robuskha dan Shepsle).
Beberapa sebab munculnya gejala primordialisme, di antaranya adalah adanya sesuatu yang sikap untuk mempertahankan suatu kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar dan adanya nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem keyakinan seperti nilai-nilai keagamaan dan pandangan.
6. Proses Terwujudnya Integrasi Masyarakat
Proses integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi. Proses menuju sebuah integrasi masyarakat mengalami beberapa taraf, yaitu sebagai berikut.
a. Taraf akomodasi yaitu proses penyesuaian diri atau kerjasama antarindividu atau kelompok dalam bidang-bidang terbatas, taraf ini merupakan taraf kompromi dan toleransi.
b. Taraf kooperasi yaitu taraf ketika telah terjadi perkembangan reaksi-reaksi yang sama terha- dap berbagai problem yang dihadapi bersama, taraf ini tercapai sesudah hubungan kerjasama antar- kelompok bisa bertahan lama.
c. Taraf koordinasi yaitu beberapa individu dan kelompok sudah mulai bersedia bekerjasama dalam bidang-bidang yang semakin luas se- hingga menuntut adanya pembagian kerja dan koordinasi. Pada tingkatan ini solidaritas mulai nyata dan mulai berkurangnya prasangka.
d. Taraf akulturasi, terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan ciri kebudayaan sendiri.
e. Taraf asimilasi yaitu bersatunya dua kebu- dayaan atau lebih dalam kelompok sosial ma- syarakat yang akhirnya melahirkan kebuda- yaan baru yang berbeda dari sebelumnya. Taraf demikian dianggap paling ideal dalam terwujudnya integrasi masyarakat
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar