Secara umum diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh positif dan negatif kepada masyarakat. Pengaruh positifnya, dapat mendorong terjadinya integrasi sosial, sedangkan pengaruh negatifnya adalah terjadinya disintegrasi sosial. Diferensiasi sosial dapat menimbulkan primordialisme, etnosentrisme, politik aliran (sektarian), dan terjadinya proses konsolidasi.
• Konflik dalam Masyarakat
1. Pengertian Konflik
Kata konflik berasal dari bahasa Latin, yaitu configere yang artinya saling memukul. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Secara sosiologis, konflik adalah proses sosial antara dua orang atau lebih (atau kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik menurut beberapa ahli.
a. Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
b. Lewis A. Coser, konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
2. Bentuk-Bentuk Konflik Sosial
Konflik pada umumnya meliputi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
a. Konflik intrapersonal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang.
b. Konflik antarpersonal, yaitu konflik yang terjadi antara satu individu dan individu lainnya.
c. Konflik kelompok, yaitu konflik yang terjadi antara individu dan kelompok maupun antar-
kelompok. Konflik mempunyai bentuk-bentuk khusus, antara lain sebagai berikut.
a. Konflik pribadi (individual). Konflik ini terjadi antara pribadi satu dan pribadi yang lain.
Hal ini disebabkan oleh benturan kepentingan.
b. Konflik antarkelas sosial. Konflik ini terjadi antara kelas sosial yang satu dan kelas sosial lainnya. Misalnya, konflik antara pengusaha dan buruh, atau majikan dengan pembantu.
c. Konflik rasial. Konflik ini terjadi antara ras yang satu dan ras lainnya. Hal ini juga disebabkan karena benturan kepentingan dan perasaan paling unggul.
• Perbedaan Konflik dengan Kekerasan
Konflik adalah suatu proses interaksi sosial ketika dua atau lebih individu atau kelompok secara sadar saling menghalangi satu sama lain dalam mencapai tujuannya. Adapun kekerasan adalah suatu penggunaan kekuatan fisik terhadap orang lain yang merupakan puncak dari situasi konflik. Konflik berbeda dengan kekerasan, terutama hal ini dapat dilihat pada salah satu bentuk konflik, yaitu persaingan. Dalam kekerasan, pencapaian tujuan itu sendiri sering merupakan hal yang sekunder (tidak utama) karena yang primer (utama) adalah bagaimana mengalahkan lawannya. Adapun dalam persaingan, biasanya tidak menggunakan kekerasan.
• Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Terjadinya konflik antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
1. Perbedaan antara orang-perorangan. Misalnya, perbedaan dalam hal pendirian dan perasaan.
2. Perbedaan kebudayaan. Kepribadian seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya sehingga mempengaruhi pola pikir dan pola pendiriannya yang selanjutnya dapat menyebabkan pertentangan dengan individu lainnya.
3. Bentrokan kepentingan, baik kepentingan antara orang-perorangan maupun antara orang dengan kelompok atau antar kelompok. Misalnya, perbedaan kepentingan buruh dengan majikan dapat menimbulkan konflik di antara mereka.
4. Perubahan sosial yang cepat. Misalnya, perubahan yang cepat tentang nilai-nilai dalam masyarakat, menimbulkan konflik antara golongan-golongan yang berbeda pendapat mengenai pembentukan kembali sistem nilai yang akan dipakai selanjutnya.
• Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu integralis yang artinya keseluruhan atau integer yang artinya tidak tersentuh, tidak terjamah, dan masih utuh. Secara umum integrasi diartikan sebagai penyatuan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda menjadi satu kesatuan yang serasi atau satuan pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara sosiologis, integrasi adalah proses penyatuan atau penyesuaian berbagai satuan sosial.Beberapa bentuk integrasi antara lain:
1. Integrasi kultural, yaitu pertumbuhan bersama dari berbagai nilai dan norma yang menjadi uatu pola homogen. Misalnya, peleburan ideologi dan elektisme agama (pengambilan yang baik dari semua sistem).
2. Integrasi fungsional, yaitu penyatuan berbagai fungsi suatu organ penentu kebijaksanaan.
Misalnya, penggabungan perusahaan atau partai. Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial antara lain sebagai berikut.
a. Homogenitas Kelompok
Integrasi merupakan hasil dan minat kepentingan bersama. Semakin kecil tingkat kemajemukan masyarakat, semakin mudah tercapainya integrasi.
b. Perpindahan Fisik
Perpindahan fisik (migrasi) adalah adanya perpindahan secara fisik, baik seseorang maupun banyak orang dari suatu kelompok ke lokasi lain sehingga melemahkan integrasi.
c. Efisiensi dan Efektivitas Komunikasi
Efektivitas dan efisiensi komunikasi adalah adanya pengertian bersama yang merupakan dasar terbentuknya integrasi.
Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpelihara dengan baik, integrasi akan semakin kokoh dan tangguh. Namun, apabila semakin melemah, terjadilah disintegrasi sosial dan muncul ketidak-teraturan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar