Auguste Comte |
A. Hakekat Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat. Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Kata socius berasal dari bahasa Latin yang artinya kawan, sedangkan kata logos berasal dari bahasa Yunani yang artinya “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi artinya berbicara tentang kawan atau dalam arti lebih luas, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia yang selanjutnya disebut masyarakat.
Berikut pengertian sosiologi menurut beberapa tokoh
1. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses-proses sosial, dan perubahan-prubahan sosial.
2. Soerjono Soekanto
Sosiologi merupakan ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum daripadanya.
3. Peter L.Berger
Sosiologi adalah studi ilmiah mengenai hubungan antara masyarakat dan individu.
4. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial, dan dengan demikian juga berhubungan dengan suatu penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi tindakan sosial itu.
B. Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Menurut Soerjono Soekanto, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya. Perumusan tersebut sebenarnya jauh dari sempurna, tetapi yang terpenting telah mencakup beberapa unsur pokok (elements) yang tergabung dalam suatu kebulatan, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge),
2. Tersusun secara sistematis,
3. Menggunakan pemikiran, dan
4. Dapat ditelaah secara kritis oleh orang lain atau objektif.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena sosiologi sudah memenuhi unsur-unsur ilmu pengetahuan (pengetahuan, sistematis, menggunakan pemikiran, dan objektif ) dan memenuhi sifat-sifat ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut.
1. Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoretis, artinya sosiologi selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil- hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang ada.
4. Sosiologi bersifat non-etik, artinya yang dipersoalkan sosiologi bukan baik buruknya fakta tertentu, tetapi tujuannya menjelaskannya secara analitis dari suatu fakta.
C. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sosiologi, awalnya menjadi bagian dari filsafat sosial yang membahas tentang masyarakat. Namun, masih berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik sosial, dan kekuasaan pada kelas penguasa. Menurut Peter L. Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama itu dianggap sudah seharusnya demikian nyata dan benar. Perubahan yang saat itu dianggap sebagai ancaman tersebut antara lain:
1. Terjadinya dua revolusi, yaitu Revolusi Industri dan Revolusi Prancis.
2. Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15.
3. Perubahan di bidang sosial dan politik
4. Meningkatnya individualisme
5. Lahirnya ilmu pengetahuan modern
6. Berkembangnya rasa percaya diri.
Menurut Auguste Comte, perubahan tersebut selain berdampak positif seperti berkembangnya demokrasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negatif seperti konflik antarkelas dalam masyarakat. Selanjutnya, Auguste Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah Sosiologi. Oleh karena itu, Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi, meskipun Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi ilmu.
Sosiologi baru berkembang menjadi ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sociological Method. Kemudian, Herbert Spencer mempopulerkan istilah sosiologi melalui buku Principles of Sociolgy. Setelah buku ini terbit, sosiologi berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
D. Kedudukan Sosiologi di Antara Ilmu-Ilmu Lain
Berikut beberapa kedudukan atau hubungan sosiologi dengan ilmu lainnya.
1. Sosiologi dengan Ilmu Politik
Ilmu Politik pada dasarnya mempelajari upaya untuk mendapatkan, mempertahankan, dan melaksanakan kekuasaan. Dalam sosiologi, soal upaya untuk mendapatkan, mempertahankan, dan melaksanakan kekuasaan digambarkan sebagai salah satu bentuk dari persaingan, kontravensi, dan konflik.
2. Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi
Ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan materiilnya, sedangkan sosiologi mempelajari unsur-unsur dalam masyarakat secara keseluruhan.
3. Sosiologi dengan Ilmu Sejarah
Sejarah menaruh perhatian pada peristiwa masa silam dan sifat unik dari peristiwa tersebut. Sosiologi memperhatikan peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan yang timbul akibat hubungan antar manusia dalam situasi berbeda.
4. Sosiologi dengan Antropologi
Perbedaan sosiologi dengan antropologi sangat tipis. Menurut Kontjaraningrat, perbedaan sosiologi dengan antropologi terletak pada metode ilmiahnya.
5. Sosiologi dengan Ilmu-Ilmu Pasti
Sosiologi juga berhubungan dengan ilmu-ilmu pasti. Misalnya, dengan matematika sosiologi membutuhkan ilmu statistiknya.
E. Kegunaan Sosiologi dalam Masyarakat
Peran sosiologi sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data, dan perencanaan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Bentuk peran sosiolog dalam masyarakat:
1. Sosiolog sebagai ahli riset, yaitu sebagai peneliti sosial
2. Sosiolog sebagai konsultan kebijakan, yaitu sosiolog bisa memberikan pertimbangan pertimbangan sosial untuk suatu kebijakan publik.
3. Sosiolog sebagai teknisi, yaitu dengan cara memberikan saran atau usul terhadap berbagai permasalahan sosial.
4. Sosiolog sebagai guru atau pendidik, yaitu sosiolog pendidik bisa memberikan penyajian fakta yang tidak memihak pada pihak tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar